Jumat, 27 Januari 2017

sadarilah

Posted by ellen :) at 09.06 0 comments
suatu hari matamu terperanjat dalam pandangannya. 
tingkahmu mengikuti jejaknya. 
hidupmu dibawa olehnya. 
senyumnya menjadi asupan favoritmu. 
segala puji-puji kau persembahkan untuknya. 
dia menyambutnya. 
ia juga senang denganmu. 
menghabiskan waktu bersama. 
berceloteh, bercanda, saling adu pandang,
menanyakan kabar, berbagi cerita, pengalaman, 
tentang dirimu, dirinya, temanmu, temannya,
keluargamu dan keluarganya. 
hingga, berhenti. 
berhenti semuanya. 
suatu hal yang kau tahu. 
jelas sangat kau tahu, tapi kau pendam dalam-dalam. 
karena, daripada kau pusing memikirkannya. 
kau lebih baik menyembunyikannya. 
prinsipmu: "selama masih bisa menikmati dunia, ya nikmati.
mumpung usia masih mengampuni"
ya, teruslah kau berprinsip seperti itu. 

sekarang, kau genggam tangannya. 
duniamu kau berikan padanya, duniamu adalah dirinya
dunianya pun diberikan padamu. 
hanya sementara 
karena isinya berbeda. 
dunianya berselimut. duniamu bebas lekang. 
apakah kau sanggup untuk menyelimuti duniamu? 
demi menyetarakan dunianya. 
demi persetujuan Maha-nya? 
sanggupkah? 

setiap tindakan ada hasil jangka panjang. 
pikirkanlah dirinya. 
jangan hanya dirimu. 

aku disini. mengamati sambil tertawa. 
ReadMoresadarilah

Jumat, 06 Januari 2017

bahagia

Posted by ellen :) at 03.04 0 comments
apa tujuanmu? 
mencari kesuksesan? ketenaran? kekayaan? 
namun, tujuan utamamu tetaplah kebahagiaan--untuk dirimu sendiri. 

setiap orang tentu mencari kebahagiaan. definisi kebahagiaan menurut setiap orang tentu berbeda-beda. manusia selalu haus berjuang demi mencapai kebahagiaan itu. hingga, terkadang ia lupa setiap kebahagiaan dan keindahan yang ia dapatkan setiap harinya. 
memang, kebahagiaan yang ingin kau capai itu begitu besar. namun, bila kau hitung-hitung kembali, setiap kebahagiaan kecil setiap harinya yang apabila kau kumpulkan, dapat melebihi kuantitas kebahagiaan tersebut. 
tapi begitulah manusia, ia tetap mencari yang kualitasnya lebih besar dan lebih baik. selalu dan selalu. hingga, akhirnya ia lupa satu kata yang paling penting "bersyukur". 

kasihan, oh kasihan, Kau yang Di Atas. setiap orang berani memandang dan menantangmu dengan sorotan mata yang tajam keatas. tanpa, ia sekalipun menunduk dan mengatupkan tangan memuji tanah yang telah kau ciptakan dengan tangan-tanganMu itu. 

satu pertanyaanku: buat apa sih? 
buat apa sih, berlomba-lomba, saling mengadu mulut dan mencari-cari seluruh jawaban atas dunia. lantas, setelah kau dapatkan itu semua memang kau dapat apa? suatu penghargaan? atau bisa menggantikan posisi-Nya? 
semua orang berusaha mencari tahu, ya, aku tahu. itu sifat dasar manusia. selalu mencari tahu, dan secara alamiah, manusia selalu ingin memuaskan rasa keingintahuannya tersebut. karena, manusia makhluk yang lemah, ia makhluk pencemas, cemas apabila tidak tahu apa-apa, cemas apabila tidak dapat menyelesaikan kegelisahannya. maka, ia berlomba-lomba hingga ujung akhir hayatnya. 

ya silahkan habiskan waktumu untuk mencari jawaban-jawaban yang kau inginkan. mungkin itu berguna bagimu, tapi satu pendapatku, mungkin, jawaban tersebut memang dibiarkan tidak terjawab, agar kamu mengenal......
kata bahagia. 



-unknown author
ReadMorebahagia

Jumat, 01 Juli 2016

siapa?

Posted by ellen :) at 20.27 1 comments
hai. kamu siapa?
iya, kamu. kamu yg kutanya
kamu siapa?
aku tidak mengenalmu.

kata-kata itulah yang terus terngiang dikepalaku. tanda penolakan setiap kata-kata yang kau lontarkan saat itu.
aku berusaha.
berusaha untuk mencerna setiap perkataanmu.
berusaha untuk selalu mengambil hikmah dari setiap gumpalan pikiranmu.
aku berusaha.
berusaha untuk menyadarkan diriku.
berusaha menyadarkan dirimu.
tapi
tanganku kau lepas genggamannya.
aku berusaha meraih kembali
tidak.
bahkan tak kau beri tanganmu.
jiwaku yg sudah terkoyak, seketika itu pula remuk.

bangun.
bangun..
fajar sudah bekerja.
siapa?
kulihat sesosok wajah di cermin.
siapa?
siapakah aku?


ReadMoresiapa?

Jumat, 26 Juni 2015

Alkisah Sang Ratu

Posted by ellen :) at 02.47 0 comments
24 Juni 2015.

Aku adalah seseorang yang tidak pandai berkata-kata. tapi sangat pandai berkata buruk. Seseorang yang merasa dirinya selalu lebih tinggi dari orang lain. Seseorang yang tidak mau merasa kalah. Seseorang yang tinggi hatinya. Seseorang yang dapat dengan mudah emosi dan sering kali menyakiti yang tidak seharusnya. Kesimpulan, Aku seorang ratu. 

Ya, aku ratu. Aku ingin semua hal berjalan sesuai dengan keinginanku. Bila tidak sesuai? Ya. menggunakan segala cara agar sesuai. Egois, seorang ratu yang egois. Sebuah kalimat yang pas untuk mendeskripsikannya. 

--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Sudah lama aku menjaga dan merawat pekarangan belakang rumahku. Disana terbentang padang rumput yang hijau dan di sela-selanya banyak ditumbuhi bunga yang sangatlah cantik. Ya, memang pekarangan belakang rumahku terbilang cukup luas. Setiap hariku rawat, kusiram, kuberi pupuk, pokoknya terlihat begitu asri pekarangan belakang rumahku itu. Aku sering menghabiskan waktu disana. Bagiku, tidak ada hal yang senyaman dan seindah pekarangan belakang rumahku. Aku benar-benar sangat menyukainya. 

Berhari-hari, bukan, berbulan-bulan kuhabiskan waktuku di pekarangan rumahku tersebut. Aku bermain bola, berlari-lari, menangkap kupu-kupu dan lain-lain. Hal-hal yang seperti itu menyenangkan bukan? Tampaknya memang seperti itu. 
Tapi.... bila kau melihat lebih dekat. Tidak se-menyenangkan itu. Aku begitu menyukai pekarangan rumahku, kuhabiskan waktu bermain disana, sampai aku tidak sadar. 
Berapa banyak bunga yang kurusak saat aku bermain bola disana? Berapa banyak rumput yang terinjak saat aku belari-lari disana? dan Berapa banyak pohon yang kupatahkan rantingnya hanya untuk menangkap kupu-kupu yang terbang? 

Aku begitu menyukai pekarangan rumahku, begitu menyukainya hingga membuatku buta. Aku tidak menyadarinya karena selama ini aku selalu merasa pekarangan rumahku itu selalu tampak indah. Selalu. walaupun sebenarnya terdapat sedikit demi sedikit bunga yang rusak. Aku menjadi tidak peka karena buaian kenyamanan dan keindahan yang diberikan oleh pekarangan belakang rumahku.

Sakit? Iya, aku sakit karena baru sadar sekarang. Bodoh? Pantas kalau kalian mengatakan itu kepadaku. Tidak hanya sampai disitu, pintu yang merupakan aksesku untuk ke pekarangan ditutup. Saat aku berusaha untuk menerobos pintu tersebut. Penjaga pintu mencegatku dan mengatakan
"Buat apa kau kesana kalau hanya untuk merusaknya?"
"Aku sangat menyukainya, pak"
"Kalau kau sangat menyukainya, tidak mungkin ada bunga yang rusak dan rumput yang terinjak disana. Aku tidak mengerti, apa itu artinya kau menyukai pekaranganmu karena kau bebas merusak disana?

Aku terhenyak. Kalimat yang begitu menyakitkan hingga menuduhku seperti itu. Tapi tak ada gunanya membalas perkataannya itu. Akhirnya, aku kembali ke kamar ku dan entah berapa banyak tangisan yang tanpa sengaja kutelan hingga akhirnya mataku terlelap.

Fajar menyingsing, tapi mengapa hari ini tidak terasa hangat? Dingin. Hampa. Aku dimana?
Ya, aku di kamarku. Aku tidak pernah terbangun tanpa fajar yang menyentuh tubuhku. Tetapi, hari ini? Aku tidak tahu harus berbuat apa. Hanya berdiam diri di kamar yang sunyi dan mengunci rapat mulutku.

Entah sudah berapa hari sejak hari itu, aku hanya di dalam kamar. Tiba-tiba,
*Tok...Tok...Tok...*
"Hei kamu, kamu dapat mendengarkanku kan?"
Aku mendengarnya, aku dapat mendengar dengan jelas bahwa itu suara penjaga pintu pekarangan. Tetapi, aku memilih untuk diam.
"Ya sudah kuanggap kamu mendengarkanku. Hei, sampai kapan kamu mau di dalam sana?"
Aku tetap diam.
"Apakah ini sikap seorang yang katanya sangat menyukai pekarangan belakang rumahnya? Hanya berdiam diri?"
Jleb. Aku terhenyak.
"Kalau kau sangat menyukainya, kutunggu sampai jam 1 siang nanti. Kalau kau tetap disini, kuanggap kau tidak menyukainya. "
Apa maksud perkataannya? aku terpaku sambil melihat pintu kamarku. Aku terpaku begitu lama hingga waktu hampir menunjukkan jam 1 siang.

Tiba-tiba,
*Drap...Drap.. Drap...*
Aku berlari ke ruang bawah tanah, mengambil beberapa kayu dan paku lalu aku kembali berlari menuju pekarangan belakang rumah. Untunglah penjaga pintu itu masih ada disana.
"Hei, biarkan aku masuk ke pekaranganku. Ini pekarangan belakang rumahku. Milikku. Harusnya, aku bebas untuk masuk kesana. tapi kali ini aku datang dengan batas. Bukan bebas."
"Apa maksud perkataanmu?"
"Biarkan aku masuk. Aku sudah membawa beberapa kayu dan beberapa paku. Akan kupasangkan di sekitar bunga, agar ketika aku bermain nanti, tidak ada lagi bunga yang rusak. Sisa kayu yang lain akan kubuat untuk jalan setapak. Agar aku tahu dimana aku melangkah dan tidak menginjak rumput. Dan aku... tidak akan lagi menangkap kupu-kupu."
"Tunggu.. apa maksudmu? kau kan sangat menyukai kupu-kupu"
"Iya. aku sangat menyukainya. Dan mengapa selama ini kutangkap? Karena aku ingin hanya aku yang melihat kecantikkan dari kupu-kupu itu. Bodoh bukan.  Tetapi, aku sekarang sadar...
Kau tahu apa yang membuatnya jauh terlihat lebih cantik? Saat ia menggunakan sayapnya untuk terbang. Oleh karena itu, aku tidak akan menangkap kupu-kupu lagi. Akan kujaga benar-benar pekarangan rumahku itu. Walau kutahu, aku tak mahir dalam memalu paku untuk membuat pembatas. Akan ada banyak luka dijariku. Tetapi biarlah, luka tersebut tak sebanyak keindahan kecil yang kurusak di pekaranganku. Maka, biarkanlah aku masuk"

Pintu terbuka lebar, aku sangat senang dan tak sabar ingin melangkahkan kaki kembali ke pekaranganku. Namun, langkah kakiku dihentikan oleh sang penjaga pintu. Ia membisikkan kata kemudian berjalan meninggalkanku. Aku hanya sempat menoleh lalu kembali menuju pekarangan dengan tersenyum.

"Aku Tahu Kau Memang Sangat Menyukainya." bisiknya. 


--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

26 Juni 2015.

Sang ratu itu telah tiada. 
ReadMoreAlkisah Sang Ratu

Sabtu, 12 Juli 2014

sekadar bercerita

Posted by ellen :) at 03.22 0 comments
dari seberapa banyaknya curhatan yang gue dengerin, rasanya gue pengen sekali-sekali mengambil suatu kesimpulan yang cukup general. dan gue merasa kalo the most commonly problem dari mereka kirakira tuh seperti ini : 


seperti mereka tuh punya kaki, tentu lah punya kaki. dan mereka tau sebenernya kalau kaki tuh gunanya buat jalan. tapi mereka sering kali  seakan melumpuhkan kakinya sehingga nge-stuck disitu. 

dan gue tau, mereka tentu ga secara sengaja melumpuhkan kakinya. siapa sih yang mau melumpuhkan kakinya sendiri? 
pasti selalu ada alasan, dimana seseorang sampai rela melumpuhkan kakinya sehingga bertahan disuatu keadaan dan tempat yang sama. 


~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
"ya mau gimana len, karena memang ga ada kata mudah melepaskan sesuatu yang sudah gue pegang erat-erat, lalu mendadak sesuatu tersebut hilang menjauh oleh karena sebuah keteledoran gue yang bodoh. gue menyesal len. gue tau penyesalan selalu di akhir. tapi kenapa ya len? disaat gue udah mulai ingin memperbaiki semuanya tapi gue seakan udah ga diberi kesempatan itu lagi? padahal ini saatnya gue menebus kesalahan gue yang bodoh itu. tapi kenapa gue ga diberi? kenapa? 
engga. gue ga akan mau menyerah. gue tau gue bodoh kalau masih mengharapkan hal tersebut kembali. gue tau gue capek. dan kadang gue pun merasa ga mampu lagi buat maju. tapi len.... justru gue rasanya lebih ga mampu menggantikan dia. karena rasanya diri ini udah sepenuhnya menerima dia.
iya len gue tau, kalo dia jahat sama gue. lo pasti menganggap dia udah sia-sia-in gue kaya gini kan. dan dia bahkan terlihat bahagia-bahagia saja sedangkan gue begini. iya len, gue tau, gue bener-bener tau kenyataan pahit itu. tapi len.. gue cuma mau kasih tau. 
dimana lo udah merasakan kenyamanan dan kebahagiaan bersama satu orang. walau orang itu sering kali nyakitin lo. dengan kebaikannya sekali aja, rasanya dia mampu menghapus kesakitan yang sebelumnya. tapi setelah itu pun dia kembali melakukan hal yang nyakitin gue lagi, tapi gue selalu aja berharap kebaikannya. emang gila ya, adil ga sih buat gue kalo gitu len? kalo kaya gitu, rasanya enak banget jadi posisi dia. 
dimana disini ada yang selalu bergantung kepada dia. selalu siap sedia menemani dia disaat apapun. tapi apa yang gue dapet? 
kalo ditanya begitu, gue pasti selalu ingin menjawab "rasa sakit". tapi kenapa dengan rasa sakit aja gue mampu bertahan sampai sekarang ini. bener-bener gila ya tuh orang. bikin gue terikat begini sama dia.
kalau kata orang-orang, memang bener ya len. ga mudah untuk memulai ulang itu semua dengan orang yang baru. memberikan sepenuhnya kembali dengan orang yang baru, karena rasanya sudah melekat dengan yang lama. walau bisa pun, pasti tetap ada yang melekat pada yang lama. kadang gue bingung sama orang yang berhubungan hanya sebentar lalu beberapa saat kemudian tiba-tiba mereka sudah jalan dengan yang baru. mengapa bisa secepat itu? 
apakah memang gue yang aneh sendiri, atau mereka yang memang ga kenal kata setia. atau gue yang terlalu terpaut sama masa lalu atau gimana? kadang gue bingung len harus gimana." 

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
"gue harus gimana len?"
kata yang paling sering gue dapetin.
sekali lagi disini, itu hidup lo.
gue disini cuma bertugas sebagai pemeran pembantu yang siap sedia menolong kalo lo butuh bantuan. lo-lah tokoh utamanya. lo yang ngatur semua jalan cerita lo. kalo lo nanya sama gue.
jawaban gue sama kaya yang diatas. lo harus inget kalo lo itu punya kaki, sob. 
lo mungkin ingin jalan bersama, tapi kalo dia bahkan berjalan. dan lo tetap dengan melumpuhkan kaki  lo dan diam di tempat? apa yang lo dapet? secara ironisnya lo seperti jalan diseret oleh dia. lo memeluk kakinya meminta untuk diajak berjalan bersama. atau lo hanya meratap ditempat sambil melihat dia dari kejauhan?
sukur kalau ada orang lain yang bantu mengangkat lo ketika lo sudah lumpuh. tapi gue kasih tau juga sob, realistis aja, orang lebih melihat lo ketika lo berjalan atau lumpuh? ga perlu dijawab lo pasti tau kan jawabannya.
dan selama lo masih punya kaki. inget, lo harus berjalan.
jangan pernah merasa ga mampu. jangan pernah merasa takut duluan, takut ga sanggup memulai berjalan lagi.
dan bahkan....
disaat lo lumpuh, dan ada orang lain yang mengajak lo untuk bangun dan berjalan bersamanya? jangan terlalu takut, karena orang lain itu pun pasti orangnya baik. kalau ga baik, kenapa dia bantu lo untuk bangun dan bahkan mengajak lo berjalan bersama?
jangan takut. mungkin lo sering denger
"disaat lo melepaskannya, akan ada nantinya seseorang yang lebih baik bagi lo."
kata yang cukup klise,sob. tapi gue berani jamin katakata itu bener. tapi mungkin gue tambahin dengan beberapa kata biar tidak terlalu luas penafsirannya sehingga orang pun jadi tidak ingin selalu mencari yang lebih dan yang lebih.

"disaat lo melepaskannya, akan ada nantinya seseorang yang lebih baik bagi lo. tetapi ketika bagi lo udah  ada yang paling baik. ya udah stop disitu. karena tidak akan ada yang lebih baik lagi dari yang ini." 

nah gitu sob, percayalah akan ada seseorang yang lebih baik dan lebih pantas bagi lo bila lo melepaskan dia yang tidak menghargai lo.
jangan takut.
ada gue sebagai buktinya. -



Untitled


ReadMoresekadar bercerita

Jumat, 28 Februari 2014

Berpikir lah perasaan atau Berperasaan lah pikiran ?

Posted by ellen :) at 10.59 2 comments
Suatu saat lo lagi jalan-jalan atau lagi di mobil yang sedang berhenti di lampu merah. seorang pengemis datang menghampiri lo. apakah lo akan beri sedekah? 

Orang pertama : "Iya gue kasih, abis kasihan, kelihatan kelaperan atau lemah atau kelihatan belom makan begitu. lagian kan ga salah sumbang sedikit, ga bikin lo miskin juga." 
Orang kedua : "Gue sih nggak ngasih ah. kenapa dia ga kerja aja ya? yg ibu ibu pun bisa jadi pembantu rumah tangga. pemuda pemuda muda juga bisa jadi loper koran,mereka juga masih mampu bekerja. gue kasih duit justru malah buat mereka males dan malah buat mereka kebiasa dengan terus meminta"

          Bagaimana? apa lo lebih kepada orang pertama atau yang kedua? lihatlah bagaimana perasaan dan pikiran bekerja. kelihatan banget kan bagaimana orang pertama perasaannya lebih mempengaruhi dia dalam bertindak. karena perasaannya yang kasihan terhadap pengemis, maka pikiran lah yang nantinya harus mengikuti perasaan. maka timbul pikiran "lagian sumbang sedikit juga ga bikin lo miskin". awalnya didasarkan oleh perasaan. 


dan orang kedua yang lebih berpikir secara rasional, secara logis. eiiiitsss, jangan menjudge loh. jangan bilang kalau orang kedua tidak punya hati, terlalu perhitungan, ga peduli terhadap sesama. ya memang, jeleknya masyarakat kita. orang yang mikir begini malah dianggap seperti itu. tapi kenyataannya? salah gak yang orang kedua ngomong? bicara tentang kelogisannya?logis kok, engga salah juga kan? ga ada yang paling benar ga ada yang salah juga. semua berdasarkan pilihan subyektif masing-masing. entah perasaannya yang lebih mengelola kepribadiannya atau justru pikirannya yang lebih mengaturnya dalam hidup. 

Perasaan
cara kerja perasaan adalah mengutamakan apa yang terbaik bagi hatinya, tentunya disini yang dimaksudkan adalah kebahagiaan. orang yang mengutamakan perasaan cenderung akan selalu mengambil keputusan yang pasti tidak menyakiti hatinya, melakukan segala cara untuk menghindari penderitaan bagi perasaannya. melakukan hal yang bahkan dapat dikatakan oleh kaum awam sebagai tindakan ga masuk akal. mau contoh? ga usah jauh jauh deh 
"lo tau kalo dia ga suka ama lo. liat aja dia lagi bahagia ama yang laen. tapi kenapa tetep lo kejar? bego lo" 
berapa kali ya orang orang yang berperasaan dibego-bego-in kaya gini. 

dan ironisnya lo cuma bisa jawab
"ya gimana.. sukanya cuma sama dia. siapa yang punya keyakinan kuat, usaha, gue pasti bisa deh sama dia"

lah? kok dia malah milih yang bikin dia sakit ati? katanya menghindari penderitaan bagi perasaan. sabaaar. coba dibaca dulu baik baik. tujuan utamanya dia apa? mencari kebahagiaan. mendapat balasan cinta dari orang yang dia suka itu kan? walau awalnya sakit tapi dia rela sakit demi kebahagiaan akhirnya. kalo sakit ya sakit banget, kalo seneng ya seneng banget, susah banget disuruh kalo hati udah gamau, susah dingertiin karena bicara soal perasaannya ya subyektif banget. yang paling tau apa yang dirasakannya kan dia sendiri? makanya terkadang sering dianggap berlebihan. ya tapi itu ciri khas mental seorang yang perasa. 
siapa yang bilang yang beperasaan itu yang lemah? ada keuntungan? banyak. contoh kecilnya : 
seorang perasa yang kehilangan uangnya di jalan. gamau kebanyakan mikir. jadi ya,
"yah yaudah deh amal. siapa tau ada orang lain yang butuh"
seorang perasa yang ingin berbisnis. lebih berani mengambil resiko. dibanding terlalu menimbang nimbang akibat yang bakal terjadi. dia lebih pilih 
"ya yang penting gue suka apa yang gue lakuin. kalo nanti ga jalan ya itu urusan nanti, yang penting jalanin dulu aja."
"selama hidup di dunia ini bisa diusahakan untuk mencari kebahagiaan, ya pilih bahagia lah. di akhirat belum tentu bahagia kan?"
sekali lagi. lihat bagaimana pikirannya yang mengikuti tempo perasaannya?
Maka, seorang yang perasa suka membisikkan "wahai pikiran, berperasaan lah pikiran~"
                                                     
                                               

Pikiran
Realistis. Rasional. ciri utama seorang pemikir. kalo yang diseberang sana yang diutamakan adalah kebahagiaan. yang disini adalah menjunjung tinggi nilai kebenaran dan kelogisan dalam hidup. 
ngeri? enggak. salah? enggak. tapi mungkin masih belum diterima dengan baik di masyarakat.
seorang pemikir lebih berorientasi kedepan, lebih memikirkan resiko yang muncul apabila melakukan sesuatu hal, memikirkan segala hal lebih kepada baik tidaknya terhadap diri lo. 
"kalau ga baik? ya ngapain diterusin. nyiksa nyiksa diri lo aja" lebih keras pendiriannya. kalau udah berprinsip beeeeh prinsipnya dipegang teguh banget. 
tapi heeey para pemikir, mau sampai kapan mencari cari yang terbaik bagi lo dan tidak terhadap hati lo? sepikir-pikirnya seseorang, pasti ada yang namanya hati kecil. mau lo bertindak sebenar apapun, tapi kalo hati ga setuju. ya pasti ada rasa it doesn't feel right for my heart. 
"tapi mungkin perasaan aja kali ya, ya it's okay lah. yang penting tindakan gue ga salah kok.tindakan gue benar." itu lah cirinya seorang pemikir. selalu mengandalkan pemikirannya dalam bertindak, tapi apa memang sudah benar pemikiran lo itu? atau memang dari pandangan lo atau beberapa orang saja? coba dicek lagi para pemikir. 
seorang pemikir identik dengan orang yang ga punya hati? siapa bilang? keuntungannya? tidak kalah banyak. contoh kecilnya :
seorang pemikir yang sedang putus cinta/ sakit hati. 
"Ya tidak apa apalah. ke depannya pasti ada yang lebih baik lagi. yang ini dijadikan pelajaran aja" 
seorang tukang move-on yang cepat. ingat ya, bukannya ga punya hati atau cepat menyerah. tapi lebih berpikir rasional aja. ngapain ngestuck di tempat yang bikin lo terlarut dalam kesedihan dan ga maju maju? 
seorang pemikir yang sedang berbisnis 
"sebentar sebentar gue pikir dulu... tempat strategisnya disini, kalo gue invest segini gue bakal dapat segini..blablabla" 
menimbang nimbang dulu sebelum melakukan sesuatu. makanya hidupnya lebih terencana dan terarah. 

"gue mah realistis-realistis aja deh. kenyataan dan faktanya begitu. bener kan?" itulah ciri khas seorang pemikir
                                                                   

                             Jadi, lo termasuk yang mana? yang lebih menyuruh perasaan untuk berpikir atau pikiran yang harus berperasaan?
kalo lo nanya sama yang buat tulisan ini?jujur dia sih lebih kepada seorang yang perasa. 
tapi kenapa dia bisa berpikir buat post beginian ya? 
oh iya. dalam hidup memang harus seimbang kan? 





ReadMoreBerpikir lah perasaan atau Berperasaan lah pikiran ?

Rabu, 08 Januari 2014

Mengejar

Posted by ellen :) at 05.40 1 comments
                                                      scotland en Tumblr


              
               Mengejar itu tidak melelahkan, bahkan kaki ini berani berlari sangat lama. lama hingga mendapat apa yang hati ini minta. 
                Mengejar itu tidak melelahkan, maka aku terus berlari. bukan hanya sembarang berlari. karena ku menyongsong sebuah keinginan yang bersuara tak henti-henti nya di dalam hati.
                 Mengejar itu tidak melelahkan, hingga detik ini pun aku terus berlari. walau samar-samar banyak bisikan yang terkadang ingin menghentikan langkah kaki ini. tetapi bisikan itu tak cukup menghentikan bisikan kecil yang tertutup rapat, terjaga, di tempat dimana ia selalu berada.
                     Mengejar itu tidak melelahkan, tanpa tersadar tidak hanya aku yang terus berlari. iya, aku ditemani. ditemani oleh sang waktu. yang membuatku merasa terkejar. ku percepat langkah kakiku, menutup telinga dari teriakan teriakan dentingan waktu. kupejam mata dan terus berlari. 
                 "Sudah berapa lama kau berlari?Apa tidak melelahkan berlari terus?Marilah sini datang ke persinggahanku sebentar" aku tahu. suatu saat pasti aku akan mendapati pertanyaan ini. sungguh, rangkaian kata-kata bujukan yang sulit untuk ditolak. 
                     "Mengejar itu tidak melelahkan, pada akhirnya disana ada tempat untuk meletakkan kaki yang sudah terlalu lama berlari ini. Permisi, biarkan aku terus berlari." aku terus berlari. terus berlari hingga sebenarnya aku tak tahu sudah berapa lama kaki ku bergantian menapak jalan ini. 
                     Mengejar itu tidak melelahkan, garis ambang yang kutunggu sejak lama terpampang jelas di depan mata. rasa gejolak di dada yang terus menggebu sekian udara di sekelilingku seakan memberi beberapa nafas tambahan untuk meraih garis itu. 
                       Mengejar itu tidak melelahkan, akhirnya. aku berhasil melewati garis itu. garis keinginan yang dulu hanya terlihat samar-samar kini menjadi jelas. 
                      Mengejar itu tidak melelahkan, namun saat kaki ini mencari tempat persinggahannya untuk diistirahatkan cukup lama. tempat itu diberikan kepada seseorang. seseorang yang bahkan baru berlari sebentar. banyak tanda tanya dalam pikiranku, yang cukup melunturkan suara-suara yang dulunya semangat bernyanyi dalam hati. cukup membuat harapanku kembali menjadi angan angan semata. kalau memang tempat itu bukan dibuat untukku, mengapa aku dibiarkan melewati garis. apakah itu memang sebuah tanda darimu bahwa aku harus kembali berlari? 


-sesungguhnya mengejar itu memang tidak melelahkan, karena tidak ada kata lelah dalam meraih kejelasan dalam kenyataan. 
-sesungguhnya tidak mengejar itu justru melelahkan, karena akan sendirinya lelah dalam naungan ketidakjelasan.
nb : yang kau baca tak selalu tentang dirimu, begitu pula dengan diriku. 








ReadMoreMengejar
 

berbagai cerita Template by Ellen Blogger Template | Gift Idea