Jumat, 26 Juni 2015

Alkisah Sang Ratu

Posted by ellen :) at 02.47
24 Juni 2015.

Aku adalah seseorang yang tidak pandai berkata-kata. tapi sangat pandai berkata buruk. Seseorang yang merasa dirinya selalu lebih tinggi dari orang lain. Seseorang yang tidak mau merasa kalah. Seseorang yang tinggi hatinya. Seseorang yang dapat dengan mudah emosi dan sering kali menyakiti yang tidak seharusnya. Kesimpulan, Aku seorang ratu. 

Ya, aku ratu. Aku ingin semua hal berjalan sesuai dengan keinginanku. Bila tidak sesuai? Ya. menggunakan segala cara agar sesuai. Egois, seorang ratu yang egois. Sebuah kalimat yang pas untuk mendeskripsikannya. 

--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Sudah lama aku menjaga dan merawat pekarangan belakang rumahku. Disana terbentang padang rumput yang hijau dan di sela-selanya banyak ditumbuhi bunga yang sangatlah cantik. Ya, memang pekarangan belakang rumahku terbilang cukup luas. Setiap hariku rawat, kusiram, kuberi pupuk, pokoknya terlihat begitu asri pekarangan belakang rumahku itu. Aku sering menghabiskan waktu disana. Bagiku, tidak ada hal yang senyaman dan seindah pekarangan belakang rumahku. Aku benar-benar sangat menyukainya. 

Berhari-hari, bukan, berbulan-bulan kuhabiskan waktuku di pekarangan rumahku tersebut. Aku bermain bola, berlari-lari, menangkap kupu-kupu dan lain-lain. Hal-hal yang seperti itu menyenangkan bukan? Tampaknya memang seperti itu. 
Tapi.... bila kau melihat lebih dekat. Tidak se-menyenangkan itu. Aku begitu menyukai pekarangan rumahku, kuhabiskan waktu bermain disana, sampai aku tidak sadar. 
Berapa banyak bunga yang kurusak saat aku bermain bola disana? Berapa banyak rumput yang terinjak saat aku belari-lari disana? dan Berapa banyak pohon yang kupatahkan rantingnya hanya untuk menangkap kupu-kupu yang terbang? 

Aku begitu menyukai pekarangan rumahku, begitu menyukainya hingga membuatku buta. Aku tidak menyadarinya karena selama ini aku selalu merasa pekarangan rumahku itu selalu tampak indah. Selalu. walaupun sebenarnya terdapat sedikit demi sedikit bunga yang rusak. Aku menjadi tidak peka karena buaian kenyamanan dan keindahan yang diberikan oleh pekarangan belakang rumahku.

Sakit? Iya, aku sakit karena baru sadar sekarang. Bodoh? Pantas kalau kalian mengatakan itu kepadaku. Tidak hanya sampai disitu, pintu yang merupakan aksesku untuk ke pekarangan ditutup. Saat aku berusaha untuk menerobos pintu tersebut. Penjaga pintu mencegatku dan mengatakan
"Buat apa kau kesana kalau hanya untuk merusaknya?"
"Aku sangat menyukainya, pak"
"Kalau kau sangat menyukainya, tidak mungkin ada bunga yang rusak dan rumput yang terinjak disana. Aku tidak mengerti, apa itu artinya kau menyukai pekaranganmu karena kau bebas merusak disana?

Aku terhenyak. Kalimat yang begitu menyakitkan hingga menuduhku seperti itu. Tapi tak ada gunanya membalas perkataannya itu. Akhirnya, aku kembali ke kamar ku dan entah berapa banyak tangisan yang tanpa sengaja kutelan hingga akhirnya mataku terlelap.

Fajar menyingsing, tapi mengapa hari ini tidak terasa hangat? Dingin. Hampa. Aku dimana?
Ya, aku di kamarku. Aku tidak pernah terbangun tanpa fajar yang menyentuh tubuhku. Tetapi, hari ini? Aku tidak tahu harus berbuat apa. Hanya berdiam diri di kamar yang sunyi dan mengunci rapat mulutku.

Entah sudah berapa hari sejak hari itu, aku hanya di dalam kamar. Tiba-tiba,
*Tok...Tok...Tok...*
"Hei kamu, kamu dapat mendengarkanku kan?"
Aku mendengarnya, aku dapat mendengar dengan jelas bahwa itu suara penjaga pintu pekarangan. Tetapi, aku memilih untuk diam.
"Ya sudah kuanggap kamu mendengarkanku. Hei, sampai kapan kamu mau di dalam sana?"
Aku tetap diam.
"Apakah ini sikap seorang yang katanya sangat menyukai pekarangan belakang rumahnya? Hanya berdiam diri?"
Jleb. Aku terhenyak.
"Kalau kau sangat menyukainya, kutunggu sampai jam 1 siang nanti. Kalau kau tetap disini, kuanggap kau tidak menyukainya. "
Apa maksud perkataannya? aku terpaku sambil melihat pintu kamarku. Aku terpaku begitu lama hingga waktu hampir menunjukkan jam 1 siang.

Tiba-tiba,
*Drap...Drap.. Drap...*
Aku berlari ke ruang bawah tanah, mengambil beberapa kayu dan paku lalu aku kembali berlari menuju pekarangan belakang rumah. Untunglah penjaga pintu itu masih ada disana.
"Hei, biarkan aku masuk ke pekaranganku. Ini pekarangan belakang rumahku. Milikku. Harusnya, aku bebas untuk masuk kesana. tapi kali ini aku datang dengan batas. Bukan bebas."
"Apa maksud perkataanmu?"
"Biarkan aku masuk. Aku sudah membawa beberapa kayu dan beberapa paku. Akan kupasangkan di sekitar bunga, agar ketika aku bermain nanti, tidak ada lagi bunga yang rusak. Sisa kayu yang lain akan kubuat untuk jalan setapak. Agar aku tahu dimana aku melangkah dan tidak menginjak rumput. Dan aku... tidak akan lagi menangkap kupu-kupu."
"Tunggu.. apa maksudmu? kau kan sangat menyukai kupu-kupu"
"Iya. aku sangat menyukainya. Dan mengapa selama ini kutangkap? Karena aku ingin hanya aku yang melihat kecantikkan dari kupu-kupu itu. Bodoh bukan.  Tetapi, aku sekarang sadar...
Kau tahu apa yang membuatnya jauh terlihat lebih cantik? Saat ia menggunakan sayapnya untuk terbang. Oleh karena itu, aku tidak akan menangkap kupu-kupu lagi. Akan kujaga benar-benar pekarangan rumahku itu. Walau kutahu, aku tak mahir dalam memalu paku untuk membuat pembatas. Akan ada banyak luka dijariku. Tetapi biarlah, luka tersebut tak sebanyak keindahan kecil yang kurusak di pekaranganku. Maka, biarkanlah aku masuk"

Pintu terbuka lebar, aku sangat senang dan tak sabar ingin melangkahkan kaki kembali ke pekaranganku. Namun, langkah kakiku dihentikan oleh sang penjaga pintu. Ia membisikkan kata kemudian berjalan meninggalkanku. Aku hanya sempat menoleh lalu kembali menuju pekarangan dengan tersenyum.

"Aku Tahu Kau Memang Sangat Menyukainya." bisiknya. 


--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

26 Juni 2015.

Sang ratu itu telah tiada. 

0 comments:

Posting Komentar

 

berbagai cerita Template by Ellen Blogger Template | Gift Idea