Selasa, 20 Maret 2012

cerita adikku

Posted by ellen :) at 00.56
Hai, gue lagi bete untuk ngeblog nih. Padahal hari libur, hahaha. Lagian mungkin lo semua bosen kali ya dengerin gue ngebacot ga jelas. Makanya, untuk post gue kali ini. gue bakal kasih liat cerita adek gue. Yang menurut gue rada menjurus gay gitu deh… tapi lumayan lah ya, dia dapet 90 men dari guru bahasa Indonesia karna cerita itu. Nah, let we see….. (sory kalo kepanjangan)

                    Sahabat terbaik 
                                 Karya: Eveline

Marah, kesal,  seperti magma yang ingin segera keluar dari perut bumi.  Itulah yang dirasakan oleh pemuda berusia 20 tahun, Lukas. “Seharusnya tidak kubiarkan dia pergi. Kalau kuhalangi dia, dia tidak akan seperti ini.” Pikir Lukas saat pergi ke pemakaman teman baiknya, Bastian. Walaupun sedih juga ia rasakan tapi kemarahan dan penyesalan terhadap diri sendiri lebih besar. Tak terasa air mata pun mengalir ke pipinya. “Semua ini salahku. Maafkan aku, Basti. Gara-gara aku, kamu jadi meninggal.” Sesal Lukas dalam hati.
Ini semua bermula dari sebulan yang lalu, ketika Bastian mengajak Lukas untuk pergi menonton konser band idola Lukas, Westlife. Ya, band itu sangat terkenal di dunia khususnya di Jerman. “Aku senang sekali, terima kasih, Basti.Kamu memang teman yang terbaik.” Kata Lukas. “Hei, aku ini hanya mengajakmu. Belum membelikanmu tiket.” Kata Bastian.
“Eh? Aku pikir kamu juga akan mentraktir tiket konsernya.”
“Enak saja, kamu pikir berapa harga satu tiket? 80 euro untuk tempat duduk paling belakang. Aku ini kan banyak pengeluaran. Jadi tidak mungkin mentraktirmu.” Sahut Bastian.
“Yah.. ngomong-ngomong, bagaimana latihan sepak bola mu hari ini? Apa pelatih sudah mau memasukkanmu ke tim utama Bayern Munchen? Tanya Lukas.
“Huff… belum. Pelatih bilang aku belum maksimal. Padahal aku sudah berusaha secara maksimal. Pelatih memang payah.”
“Sudah-sudah, suatu saat kamu juga pasti dimasukkan ke tim utama. Nah, daripada marah-marah begitu meningan kita minum di bar. Ayo.” Ajak Lukas. Dan Bastian pun menerima ajakan Lukas. Di bar, mereka minum beberapa gelas koktail. “Aku ke toilet dulu ya. “ kata Bastian kepada Lukas. Saat sedang menunggu Bastian sambil meneguk minumannya, Lukas bertemu dengan Thomas yang juga teman Bastian di klub Bayern Munchen. “Hei, Luk. Apa kabar? Di mana Bastian? Kau bersama dia kan?” Tanya Thomas. “Baik. Ya, Dia sedang di toilet. Bagaimana? Apakah pelatih Joachim mau memasukkanmu ke tim utama?”Tanya Lukas.
“Belum, susah sekali rasanya masuk ke tim utama. Tapi kudengar ada cara mudah supaya dapat masuk ke tim utama.”
“Oh ya? Bagaimana?”Tanya Lukas
“Kudengar, dengan membayar 2000 euro ke pelatih, ia akan memasukkanmu ke tim utama.” Jawab Thomas.
“Benarkah?”
“Entahlah, kabarnya ada orang yang masuk tim utama karena menyogok. Sudah ya, aku pergi dulu. Titip salam untuk Bastian.”
“Ya, sampai jumpa.”
Bastian pun kembali dari toilet. Lukas menceritakan semua yang ia dengar dari Thomas. “ Aku tidak akan pernah menyogok pelatih. Walaupun aku bilang pelatih payah karena belum mau memasukkanku ke tim utama. Tapi aku tahu itu pasti karena ia ingin aku berusaha lebih keras. Aku tidak akan pernah melakukan hal rendah seperti menyogok.” Kata Bastian.
“Itu bagus. Oh ya, aku harus pulang dan mulai menulis artikel lagi. Deadline sudah dekat.” Kata Lukas.
“Baiklah penulis. Pulanglah dan selesaikan tulisan mu itu. Apa tema artikelmu minggu ini? Kalau tidak salah persahabatan ya?”
“Ya. Baiklah aku pergi dulu. Bye.”
Di rumah atau lebih tepatnya apartemen tempat tinggal Lukas. Lukas tidak dapat menulis artikel dengan baik. Hatinya gelisah. Ia bingung. Lukas ingin sekali menolong sahabatnya itu masuk ke tim utama. Pelatih Joachim memang terkenal ketat dalam menyeleksi orang-orang yang akan masuk ke tim utama. “Masa aku harus menyogok pelatih? Yang benar saja? Tapi aku ingin Bastian bahagia. Aku tidak tega melihat Bastian berlatih giat tapi ia belum mendapatkan hasil yang ingin dicapainya.” Seharian Lukas terus berpikir tentang itu, ia tidak bisa berkonsentrasi. Tiba-tiba Lukas menerima telepon dari Bastian.
“Halo, Bastian. Ada apa? Kok tiba-tiba menelepon? Tanya Lukas
“O hai, Lukas. Aku menelepon karena bosan menunggu di rumah sakit.”
“Hah? Rumah sakit? Kamu kenapa?”
“Aku tadi lagi latihan sepak bola. Tapi aku terjatuh dan cedera. Hahaha. Aku memang payah. Sekali jatuh saja aku langsung cedera. Pantas saja pelatih belum mau memasukkanku ke tim utama.  Hahaha.” Jawab Bastian santai. Walaupun Bastian tertawa tapi Lukas dapat merasakan kesedihan dalam suara Bastian. Hati Lukas ikut sedih. Mereka berdua memang sudah seperti saudara.
“Makanya hati-hati lain kali. Tapi kamu tidak apa-apa kan?”Tanya Lukas
“Ya, aku baik-baik saja. Kata dokter aku hanya cedera ringan dan hanya butuh istirahat seminggu. Sorry ya, aku ganggu kamu untuk hal tidak penting seperti ini.
“Tidak-tidak, kamu tidak mengangguku sama sekali. Aku senang kamu meneleponku. Aku juga lagi bosan. Haha.”
“Ya sudah, kalau begitu kita sambung lagi nanti. Bye, Luk”
“Bye”
“Aku harus coba melakukannya. Ini semua agar Bastian senang. Aku tidak mau Bastian sedih.” Kata Lukas dalam hati.
Keesokkan harinya, Lukas secara diam-diam menemui pelatih Joachim. Dan menyogoknya supaya memasukkan sahabatnya ke tim utama.
“Aku tidak bisa menerimanya. Maaf. Aku ini seorang pelatih. Aku tidak akan pernah melakukan hal yang tidak terpuji seperti itu. Tentang aku yang bisa disogok, itu hanya omong kosong belaka. Jika kamu ingin Bastian masuk tim utama, yang perlu kamu lakukan hanyalah memotivasi dia agar terus semangat berlatih.” Kata pelatih Joachim tegas.
“Anda benar, pak. Tidak seharusnya aku berbuat seperti ini. Melakukan hal ini hanya akan merugikan dirinya saja. Aku akan terus menyemangati Bastian. Karena ia teman baikku.”Kata Lukas. Hati Lukas sebenarnya lega karena tidak perlu melakukan hal tidak terpuji ini.
Tapi ternyata, ada orang yang mendengar percakapan Lukas dan pelatih Joachim. Dan orang itu menyebarkannya. Hanya saja, ceritanya jadi berubah. Bedanya, sekarang tersebar kabar bahwa Bastian akan masuk tim utama melalui jalur curang.
“Aku kan sudah bilang padamu. Aku akan masuk ke tim utama dengan usahaku sendiri. Sekarang aku belum masuk tim utama saja, sudah ada berita yang tidak baik mengenai diriku. Bahkan nama pelatih Joachim pun juga ikut tercoreng.” Kata Bastian kepada Lukas dengan nada marah sambil membanting koran yang meliput berita tentang masalah tersebut.
“Maafkan aku, Basti. Aku tidak melakukannya. Aku… tidak jadi melakukannya. Aku… melakukan ini karena…”
“Aku tahu kamu tidak melakukannya. Dan seharusnya kamu tidak berniat melakukannya. Sekarang apa yang dapat Aku lakukan? Sekarang aku tidak akan pernah masuk tim utama. Ahhhh…” Sela Bastian, setelah itu ia keluar dari apartemen Lukas tanpa mengucapkan salam. “Memang pantas Bastian marah padaku. Namanya tercoreng untuk hal yang tidak dilakukannya. Dan parahnya lagi namaku tidak ikut terlibat. Aku harus melakukan sesuatu.” Kata Lukas dalam hati.
Tanpa sepengetahuan orang lain, Lukas mengakui kejadian yang sebenarnya melalui sebuah surat dan mengirimkannya kepada redaksi koran. Tentu saja berita ini cepat menyebar. Selama beberapa hari Bastian tidak menemui Lukas, tapi ketika  Bastian  mendengar berita baru tersebut ia langsung menemui Lukas.
“Apa yang kamu lakukan? Tahukah kamu apa yang kau perbuat dapat merusak nama baikmu?” Tanya Bastian.
“Lebih baik namaku yang rusak, daripada nama baik sahabatku. Aku… Basti, melakukan ini semua demi kebaikanmu. Aku ingin melihat kamu bahagia. Jadi, maafkan aku.”
“Dasar bodoh. Seharusnya aku yang minta maaf. Aku telah marah padamu sebelum mendengar alasan yang jelas. Aku minta maaf ya.”
Mereka berduapun berbaikan.
Untungnya berita yang tidak enak didengar tersebut cepat menghilang. Keadaan kembali normal. Pada suatu hari, Lukas menerima telepon dari Bastian. “Aku masuk tim utama” Kata Bastian dengan penuh semangat.
“Benarkah?”
“Tentu saja. Kata pelatih aku sudah layak masuk tim utama, dan satu lagi yang menyeleksiku bukan hanya pelatih saja, tapi manajer dan pemilik klub juga ikut menyeleksiku. Jadi aku masuk tim utama karena aku memang benar-benar layak. Aku senang sekali.”
          “Aku senang kalau kamu senang.”Kata Lukas
          “Bisa kita bertemu sekarang?” Tanya Bastian.
          “Bisa, aku tunggu kamu di bar yang biasa ya.”
          Di bar Bastian memberikan sebuah amplop putih kepada Lukas.
          “Apa ini? Tanya Lukas.
          “Buka saja.
          Lukas membuka amplopnya, dan ia kaget. Isinya ternyata tiket konser Westlife untuk 2 orang.
          “Aku membelinya dengan uang tabunganku. Kamu senang kan?”Kata Bastian.
          “Aku senang sekali. Terima kasih ya.” Kata Lukas
          “Baiklah, kalau begitu aku akan menjemputmu besok jam 5 sore. Kita akan menonton konser yang hebat.”
          “Ya, ini akan menjadi konser yang sangat hebat.”
          Hanya saja, besok sorenya perasaan Lukas tidak enak.  Rasanya ia tidak ingin Bastian nonton konser bersamanya. Tapi tidak mungkin ia menghalanginya, karena Bastian sudah datang menjemputnya sore itu. Konser Westlife hari itu berlangsung dengan sangat meriah dan seru. Lukas dan Bastian bersenang-senang.
          Setelah konser selesai, merekapun pulang.
          “Terima kasih ya, konsernya hebat sekali.”Kata Lukas.
          “Ya, kalau begitu sampai jumpa besok.” Kata Bastian.
          Saat sedang beristirahat setelah pulang menonton konser. Lukas mendapat telepon bahwa Bastian mengalami kecelakaan hebat saat perjalanan pulang dan meninggal seketika. Lukas yang tidak percaya langsung mengambil jaketnya dan  pergi ke rumah sakit tempat jasad Bastian diotopsi. Jasad itu benar Bastian, dan ia telah meninggal. Lukas hanya terdiam tidak percaya akan kepergian sahabatnya itu. Lukas merogoh saku jaketnya sendiri dan mendapati secarik kertas. Yang isinya:

Untuk sahabatku, Lukas
       Luk, aku ingin berterima kasih untuk selama ini. Kamu selalu menemaniku dan menyemangatiku. Kamu selalu ada untukku. Di saat senang, susah, sedih kamu selalu ada untukku. Aku ingat saat pertama kali kita bertemu. Setahun yang lalu, di sebuah minimarket kita berebut minuman kaleng yang tinggal tersisa 1. Karena merasa tidak enak, kamu pun memberikan minuman itu untukku. Tapi akhirnya aku memutuskan untuk membagi minuman itu berdua denganmu. Aku harap kamu masih ingat. Setelah itu kita jadi berteman dan akrab hingga menjadi sahabat baik seperti sekarang. Aku harap kamu juga merasakan hal yang sama. Aku harap kamu juga senang berteman denganku. Satu lagi, Raihlah cita-citamu itu. Kamu mau jadi penulis terkenal kan? Aku tahu kamu pasti bisa. Jangan menyerah! Walaupun kamu terjatuh, segeralah bangkit. Jika kamu rasa cobaan yang kamu hadapi terlalu berat, beritahu aku. Aku akan menolongmu. Aku akan selalu ada untukmu, karena aku adalah sahabat terbaikmu. Dan aku harap kita bisa bersahabat selamanya.
                                                                       
Sahabatmu,
                                         Bastian

          Tanpa sadar air mata mengalir ke pipinya. Ternyata diam-diam Bastian memasukkan surat itu ke kantong jaket Lukas saat menonton konser.
          Upacara pemakaman pun selesai. Lukas membaca surat dari Bastian lagi, dan ia merasa lebih baik. Lukas percaya kalau bastian akan selalu bersamanya. “Aku janji aku akan jadi penulis terkenal, Basti. Dan kita akan selalu bersahabat. Selamanya.”

                                                          Tamat

gimana? pesen gue di cerita ini, cowok aja bisa sesetia itu. Gimana cewek? Hayooo.. yang lagi berantem ama temennya, gara gara pacar, gara gara berhianat, gara gara lupain temen. Jangan berantem terus, maafin lah. Atau kalo lo lebih gentle, lo yang minta maaf duluan lah. Sebelum semuanya terlambat dan menyesal……



0 comments:

Posting Komentar

 

berbagai cerita Template by Ellen Blogger Template | Gift Idea